Diabetes

Blog Single

Diabetes sering disebut sebagai silent killer yang sering tidak disadari pengidapnya. Saat terdiagnosa, penyakit ini tidak jarang sudah menimbulkan komplikasi. Ini penyebabnya  penyakit tersebut menjadi salah satu dari empat penyakit tidak menular yang menjadi prioritas target tindak lanjut para pemimpin dunia.

Saat mengalami diabetes, tubuh seseorang tidak mampu mengendalikan gula dalam darah dengan baik. Akibatnya, tingginya kadar gula menyebabkan tubuh rentan mengalami gangguan kesehatan dan komplikasi serius. Jika tidak ditangani, kondisi ini bisa mengurangi angka harapan hidup, bahkan menyebabkan kematian.

Meskipun  diabetes adalah penyakit tidak menular yang sulit disembuhkan, penyakit ini tetap dapat dikontrol dan dikelola.

Kapan Seseorang Disebut Mengalami Diabetes?

Dokter akan mendiagnosa seseorang mengalami diabetes jika memenuhi kriteria tertentu. Menurut Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI) 2015, kriterianya adalah sebagai berikut:

  1. Pemeriksaan glukosa plasma puasa ≥126 mg/dl. Puasa adalah kondisi tidak ada asupan kalori minimal 8 jam, atau
  2. Pemeriksaan glukosa plasma ≥200 mg/dl 2 jam setelah Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO) dengan beban glukosa 75 gram, atau
  3. Pemeriksaan glukosa plasma sewaktu ≥200 mg/dl dengan keluhan klasik (poliuria, polidipsia, polifagia, dan penurunan berat badan yang tidak diketahui sebabnya), atau
  4. Pemeriksaan HbA1c ≥6,5% dengan menggunakan metode yang terstandarisasi oleh National Glycohaemoglobin Standarization Program (NGSP).

Tipe Diabetes

Diabetes yang dialami tiap orang bisa berbeda satu dengan yang lain. Berdasarkan penyebabnya, diabetes dapat diidentifikasi menjadi tiga jenis utama, yaitu:

  1. Diabetes tipe 1

Tubuh pengidap diabetes tipe 1 tidak dapat atau hanya menghasilkan sedikit insulin sehingga perlu suntikan insulin secara teratur. Diabetes ini lebih sering terjadi pada anak-anak.

  1. Diabetes tipe 2

Diabetes tipe ini umumnya diderita oleh orang dewasa dan orang tua dan erat kaitannya dengan gaya hidup dan pola makan yang tidak sehat. Kondisi ini terjadi karena faktor-faktor tertentu menghambat insulin untuk bekerja dengan efektif. Pengobatan dilakukan dengan pemberian obat antidiabetes melalui oral maupun suntikan.

  1. Diabetes gestasional

Diabetes gestasional terjadi saat tubuh wanita hamil tidak memproduksi cukup insulin untuk mengontrol kadar glukosa dalam darah pada masa kehamilan. Meskipun kondisi ini umumnya reda setelah persalinan, tapi bayi yang dilahirkan berisiko mengalami diabetes tipe 2 saat ia dewasa.

Penting untuk memeriksakan diri ke dokter untuk mendapat penanganan yang tepat sesuai dengan jenis diabetes yang dialami. Pastikan untuk berkonsultasi ke dokter demi mendapat diagnosa dan penanganan yang tepat.

 

Risiko Komplikasi Diabetes

Orang yang mengalami diabetes lebih berisiko mengalami infeksi dan gangguan kesehatan serius yang mempengaruhi kesehatan jantung, pembuluh darah, mata, ginjal, saraf, hingga gigi. Komplikasi diabetes terbagi ke dalam dua kategori:

Komplikasi jangka pendek (akut)

Komplikasi akut terjadi dalam bentuk berikut:

  • Hipoglikemia (gula darah rendah): penurunan kadar gula darah secara drastis sehingga menyebabkan pengidapnya merasa lelah, berkeringat, sakit kepala, dan penglihatan buram.
  • Ketoasidosis: kondisi serius saat tubuh tidak memiliki cukup insulin untuk memproses glukosa darah, sehingga tubuh membakar lemak sebagai energi. Akibatnya terbentuk asam keton yang jika tidak ditangani dapat meracuni tubuh.

Komplikasi jangka panjang (kronis)

Sedangkan komplikasi yang bersifat kronis terjadi ketika diabetes sudah memengaruhi fungsi organ tubuh seperti mata, jantung, ginjal, kulit, saluran pencernaan, dan saraf. Kondisi ini terjadi secara bertahap jika diabetes tidak dikontrol dengan baik. Di antaranya adalah:

  • Retinopati diabetik: salah satu penyebab utama kebutaan, terjadi akibat kerusakan pembuluh darah kecil di retina.
  • Nefropati diabetik: kondisi yang bisa menyebabkan gagal ginjal, bahkan bisa berujung kematian jika tidak ditangani dengan baik.
  • Neuropati diabetik: kerusakan saraf di kaki yang meningkatkan risiko infeksi hingga amputasi.
  • Penyakit kardiovaskular: kadar gula darah tinggi dapat menyebabkan kerusakan pada pembuluh darah yang mengakibatkan  penyakit jantung, stroke, serangan jantung, dan penyempitan arteri (aterosklerosis).

Cara untuk mengurangi risiko komplikasi adalah mengelola risiko diabetes dengan gaya hidup sehat dan obat-obatan.

 

Sumber:

  • Infodatin, Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI, Situasi dan Analisis Diabetes.
  • International Diabetes Federation, IDF Diabetes Atlas Edisi ke-8, 2017.
  • Mayo Clinic, Diabetes.

Related Post