Jakarta - Saat Lebaran, jumlah kunjungan pasien ke rumah sakit memang cenderung menurun. Bila rasa sakitnya itu masih bisa ditahan, masyarakat cenderung mengabaikannya karena ingin tetap menjalani tradisi Lebaran. Lelah setelah mudik dan bersilaturahmi ke tempat sanak saudara juga tak dihiraukan. Kondisi inilah yang membuat angka hipertensi atau tekanan darah tinggi meningkat pasca-Lebaran.
"Saat Lebaran, orang jadi lebih capek karena aktifitas fisiknya cenderung meningkat. Faktor kelelahan inilah yang membuat risiko hipertensi meningkat pasca-Lebaran," kata dokter spesialis penyakit dalam dari RSCM Jakarta, Ceva Wicaksono kepada Beritasatu.com, belum lama ini.
Untuk mendiagnosa kemungkinan adanya hipertensi, cara yang dilakukan adalah dengan mengukur tekanan darah menggunakan alat tensimeter. Karena sering kali gangguan kesehatan ini tidak disadari oleh penderitanya. Padahal, hipertensi paling sering menyebabkan stroke dan serangan jantung.
"Karena tidak menimbulkan gejala, banyak yang tidak tahu kalau mereka menderita hipertensi. Makanya penting sekali menerapkan gaya hidup sehat dan melakukan pengecekan darah secara berkala," ungkap dokter spesialis jantung dan pembuluh darah yang juga ketua Indonesian Society of Hypertension (InaSH), Nani Hersunartikata.
Seseorang dikatakan menderita hipertensi apabila hasil pengukuran tekanan darahnya menunjukkan angka di atas 140/90 mmHG. Selain karena kelelahan, kondisi ini disebabkan oleh banyak faktor seperti faktor genetika dan faktor lingkungan, antara lain mengonsumsi makanan dengan kadar garam tinggi, obesitas atau kegemukan, serta karena kondisi penyakit lain seperti diabetes mellitus tipe 2.
Herman/PCN
|