Jakarta - Belakangan, banyak orang gemar memelihara hewan selain anjing dan kucing, misalnya sugar glider, kukang, reptil, landak mini, atau musang. Bagaimana potensi penularan penyakit dari hewan-hewan semacam itu ke manusia?
Menurut Direktur Rumah Sakit Hewan Jakarta Husnul Hamdi pada dasarnya hewan peliharaan bisa terbagi menjadi dua yaitu pet animal dan exotic pet animal.
“Kalau pet animal itu anjing dan kucing, sedangkan exotic pet animal ini seluruh hewan liar selain anjing dan kucing,” katanya kepada Bisnis.
Untuk pet animal, jenis-jenis penyakitnya mudah sekali dikenali. Sementara exotic pet animal yang bisa dibilang sudah setengah tidak layak untuk dipelihara, sejauh ini penyakitnya masih sulit dikenali.
“Yang lakukan penelitian soal itu sedikit. Cari literatur yang cocok jadinya susah,” katanya.
Namun, beberapa contoh yang sudah diketahui, misalnya, kelinci punya penyakit scabies (penyakit kulit), yang bisa menular ke manusia. Untuk mencegahnya, jaga makanan kelinci dan jangan kontak dengan hewan lain yang punya penyakit itu.
Gejala penyakit ini, yaitu bulu kelinci rontok dan ada koreng yang muncul. Penyakit ini bisa menular ke manusia lewat kontak langsung.
Contoh lainnya musang yang disebut-sebut bisa menularkan penyakit cacingan ke manusia, tapi belum didukung literatur yang tepat. Musang juga bisa terkena penyakit distemper karena serangan virus. Tapi distemper ini tidak menular ke manusia.
Untuk memberi perlindungan pada musang, menurutnya ada yang pernah mencoba memberikan vaksin yang biasanya digunakan untuk anjing dan kucing kepada musang, dan hasilnya cukup efektif. Distemper menimbulkan gejala batuk, pilek, diare, muntah berdarah, dan bisa menyebabkan kematian.
Sementara pada burung, sudah ada literatur yang sesuai. Flu burung merupakan jenis penyakit yang bisa menular ke manusia.
|