Jakarta - Wabah ebola yang merebak di Afrika Barat sejak tahun lalu perlahan-lahan berangsur hilang. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan bahwa peran vaksin ebola sangat penting dalam proses pencegahan penularan baru.
Vaksin dengan nama VSV-EBOV ini dibuat oleh Public Health Agency of Canada dan sudah digunakan di Guinea sejak bulan Maret lalu. Penelitian sementara menyebut vaksin ini mempunyai tingkat efikasi hingga 100 persen.
"Ini merupakan hasil yang menjanjikan. Vaksin ini terbukti sangat efektif untuk mencegah penularan baru. Meski begitu pujian juga diberikan kepada pemerintah Guinea, masyarakat dan rekan kami yang sudah bekerja sama menanggulangi penyakit ini," tutur Dr Margaret Chan, Direktur Jenderal WHO, dikutip dari CNN, Selasa (4/8/2015).
Apa yang dikatakan oleh Dr Chan terbukti dari data penularan kasus terbaru. Setelah delapan pekan berkutat di angka 20-30 kasus baru per pekan, kini hanya ada 7 kasus Ebola baru. 4 Orang berasal dari Guinea dan 3 lainnya berasal dari Sierra Leone.
Selain penggunaan vaksin, keberhasilan penanggulangan Ebola ini tak bisa dilepaskan juga dari keberhasilan strategi yang digunakan. Menggunakan strategy yang digunakan untuk memusnahkan cacar (smallpox) pada tahun 1970-an, para peneliti kini berhasil mengurangi angka penularan baru hingga 60 persen.
Strategi yang disebut sebagai strategi cincin ini membuat seluruh orang yang melaukan kontak dengan pasien positif mendapat suntikan vaksin. Dengan melakukan ini, penelitia membuat cincin pelindung di mana tak ada kesempatan bagi virus untuk menular ke orang lain.
"Strategi ini terbukti berhasil memusnahkan cacar, dan kami positif juga akan berhasil memusnahkan ebola di Afrika," tutur John-Arne Rottingen dari Norwegian Institute of Public Health.
Strategi ini menggantikan strategi sebelumnya yang bersifat acak. Sebelumnya, suntikan vaksin hanya diberikan pada pasien yang terbukti positif. Sehingga kemungkinan pasien menularkan virus sebelum divaksinasi sangat tinggi.
Meski sukses, penanganan lewat vaksinasi bukan tanpa masalah. Akibat banyaknya minat serta daerah yang harus dicover, stok vaksin pun mulai menurun. WHO mengatakan bahwa butuh waktu dua hingga tiga bulan untuk menyetok ulang persediaan vaksin. (mrs/up)
|