Jakarta - Memiliki iklim panas dan terletak di daerah tropis membuat masyarakat Indonesia rentan terserang penyakit ginjal. Salah satunya adalah batu ginjal.
dr Marto Sugiono, SpU, koordinator Urology Centre RS Siloam Kebon Jeruk mengatakan wilayah Indonesia termasuk dalam 'stone belt', yakni wilayah yang memiliki risiko tinggi terserang batu ginjal. Selain Indonesia, negara-negara lain seperti India, Arab Saudi hingga Australia bagian utara termasuk juga ke dalam stone belt.
"Karena faktor iklim ya. Cuaca panas sehingga produksi keringat lebih banyak. Tapi tidak dibarengi dengan asupan air yang cukup sehingga tanpa disadari, tubuh sering mengalami dehidrasi yang menyebabkan batu ginjal," tutur dr Marto dalam temu media di RS Siloam Kebon Jeruk, Jl Raya Perjuangan, Kebon Jeruk, Jakarta Barat, Kamis (6/8/2015).
Dijelaskan dr Marto bahwa dehidrasi menyebabkan proses pembuatan urine terganggu. Kurangnya cairan dalam tubuh membuat urine menjadi lebih mudah mengental dan akhirnya mengendap menjadi batu.
Hal ini berbeda dengan Eropa yang cuacanya lebih dingin, sehingga kemungkinan orang untuk mengalami dehidrasi menjadi lebih rendah. dr Wempy Subit, SpU, juga dari Urology Centre RS Siloam Kebon Jeruk, mengatakan pada masyarakat stone belt risiko batu ginjal memang tinggi.
"Kalau di Eropa itu 1 dari 10 orang mengidap batu ginjal. Sementara di daerah Asia, terutama Asia Selatan, Arab, India, termasuk Indonesia lebih tinggi, 2 dari 10 orang memiliki risiko mengidap batu ginjal," paparnya saat ditemui di acara yang sama.
Selain cuaca panas, faktor risiko lainnya adalah menu makanan Indonesia yang tinggi kandungan asam uratnya. Makanan seperti emping, singkong, jeroan, seafood dan lainnya membuat pengendapan kristal menjadi lebih mudah.
Untuk itu dr Marto mengatakan masyarakat harus lebih waspada. Jika tak ditangani dengan baik, batu ginjal akan menjadi salah satu masalah kesehatan masyarakat yang nantinya dapat membebani keuangan.
"Kan mencegahnya gampang. Bukan asal banyak minum ya, tapi banyak minum air putih sesuai kebutuhannya. Yakni sekitar 1,5 hingga 2 liter per hari," pungkasnya. (mrs/ajg)
|