JAKARTA - Indonesia tengah mengembangkan sistem pelayanan kesehatan universal untuk seluruh warga negara dengan target mengasuransikan 267 penduduk pada 2019. Pengeluaran biaya kesehatan nasional diprediksi mencapai US$ 363 miliar pada 2025 atau dengan peningkatan (CAGR) lebih dari 20% per tahun dibandingkan dengan 2010 sebesar US$ 20 miliar menarik minat penyedia layanan kesehatan asing untuk berinvestasi di Indonesia.
Studi Roland Berger yang berjudul "Capturing the business of health - Opportunities and challenges for international healthcare providers in Indonesia" menyebutkan penyedia layanan kesehatan asing harus mempertimbangkan market entry dan menyoroti strategi-strategi untuk menembus industri kesehatan Indonesia. Strategi ini termasuk menentukan target pelanggan dan segmen secara spesifik, memapankan kredibilitas dengan para stakeholder lokal, dan mengidentifikasi market pelayanan yang penting, dari perspektif medis maupun geografis.
Market Entry "Keragaman industri kesehatan adalah salah satu aspek yang paling sulit ketika berbicara mengenai operasi di Indonesia. Industri kesehatan di Indonesia terdiri atas banyak segmen di dalam sebuah wilayah yang berbeda satu sama lain. Alasan inilah yang membuat kecilnya kemungkinan akan satu pemain tunggal yang bisa mendominasi setiap subsektor dalam industri pelayanan kesehatan di negara ini," kata Yoshihiro Suwa, Principal di Roland Berger Jakarta, sekaligus penulis studi tersebut. Saat ini, badan kesehatan publik yang bernama Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS), terdiri atas sejumlah sistem yang berbeda. Terdapat perbedaan besar dalam akses sistem dan perawatan medis, tergantung pada pekerjaan dan tingkat pendapatan masyarakat. Hal ini merupakan perbedaan besar pada sistem pelayanan kesehatan di Indonesia di mana orang-orang yang berlangganan premi lebih tinggi dapat menikmati layanan yang lebih baik dan perawatan yang lebih nyaman. Pada 2019, pemerintah berencana menggabungkan semua skema kesehatan menjadi sebuah skema tunggal. Banyak penyedia layanan kesehatan asing biasanya juga tidak mempertimbangkan untuk mengembangkan bisnisnya di luar Jakarta, dan tidak memulai beroperasi di kota-kota lain selain ibukota. "Meskipun Jakarta memiliki kelebihan, seperti infrastruktur dan tenaga kerja, ada beberapa manfaat untuk memulai bisnis di kota-kota selain Jakarta, yakni jumlah pesaing yang sedikit, prospek pertumbuhan yang lebih baik, dan permintaan untuk layanan kesehatan yang lebih berkualitas di daerah perkotaan di luar Jakarta," kata Suwa. Studi ini juga menyoroti bahwa Pulau Sumatera dengan produk domestik regional bruto (PDRB) sebesar US$ 219,2 miliar sebanding dengan PDB Vietnam. Hal ini mendukung kesimpulan penelitian bahwa ada banyak peluang bagi penyedia layanan kesehatan asing di luar Jakarta. Penelitian lebih lanjut menekankan bahwa pendapatan kesehatan yang hilang karena proporsi yang tinggi dari wisatawan medis yang mencari pelayanan kesehatan di Malaysia dan Singapura. Lebih dari setengah juta wisatawan mencari pelayanan kesehatan di luar negeri setiap tahun, di mana pasien bepergian ke Penang dan Kuala Lumpur, Malaysia dan menghabiskan US$ 200 per pasien, sedangkan wisatawan medis membelanjakan US$ 3.500 per pasien di Singapura. Hal ini membuka kesempatan yang nyata bagi penyedia layanan kesehatan asing untuk memanfaatkan sumber pendapatan ini dengan menawarkan pelayanan kesehatan lokal. Pertimbangan ROI
Bukan hanya pasien yang pergi ke luar negeri, tenaga medis profesional juga mencari kesempatan yang lebih baik di luar negeri. Hal ini bukan hanya mengenai gaji yang lebih baik, mereka ingin bekerja di lingkungan medis yang paling canggih yang memiliki kasus yang paling menarik dengan peralatan terbaik yang tersedia. Ini merupakan tantangan langsung untuk para penyedia layanan kesehatan yang ingin memperluas operasi untuk meningkatkan pendapatan. Ini juga tantangan untuk penyedia layanan kesehatan asing yang ingin memasuki industri kesehatan Indonesia, karena mereka perlu berjuang dalam merekrut para tenaga profesional yang berkualitas untuk menjalankan operasinya. Bagaimanpun juga, hal yang paling penting bagi investor asing adalah keuntungan dari investasinya di Indonesia. "Kompleksitas investasi asing di Indonesia berasal dari peraturan yang berlapis untuk investasi asing di industri kesehatan dan perusahaan farmasi, serta kesulitan dalam distribusi nasional dan luar negeri," tulis Suwa. Investor juga harus memastikan produk medis yang diproduksi di Indonesia memenuhi persyaratan peraturan pasar ekspor. Untuk para penyedia layanan kesehatan yang masih tertarik di Indonesia, mereka perlu mempertimbangkan bekerjasama dengan distributor lokal tanpa menyiapkan fasilitas manufaktur di Indonesia. |