Quebec, Kanada - Injeksi menjadi salah satu cara memasukkan obat ke tubuh pasien. Penelitian terbaru menemukan cara seperti ini juga berpengaruh pada risiko kecanduan pasien.
Setelah mengeksplor lebih lanjut mengenai substansi kokain dan nikotin, para peneliti di University of Montreal mengatakan bahwa merokok atau mengonsumsi obat dengan cara disuntik meningkatkan risiko kecanduan.
Pergerakan obat ke dalam, melalui, dan ke luar tubuh dipelajari dalam farmakokinetik. Disiplin ilmu ini mempelajari seberapa cepat obat dipecah, memasuki aliran darah, bagaimana proses pendistribusian melalui jaringan tubuh, seberapa cepat obat mencapai otak dan proses metabolismenya, hingga akhirnya obat dikeluarkan.
Seperti dikutip dari Medical Daily pada Selasa (4/8/2015), para peneliti yang mendalami bidang kecanduan obat mengatakan jika dalam studi ini para peneliti mengabaikan farmakokinetik, akan cenderung menghasilkan kesimpulan yang salah. Hal itu pastinya amat berbahaya.
"Saya dan rekan-rekan telah melakukan penelitian untuk mengeksplorasi variabel-variabel yang membentuk penggunaan narkoba tiap individu serta mengukur tingkat keseluruhan kecanduan," tutur Dr. Anne Noel Samaha, profesor di department of pharmacology at University of Montreal, dan penulis utama studi.
Tim peneliti meninjau data mengenai kecepatan obat dan pola konsumsi narkoba di kalangan orang-orang kecanduan kokain dan amfetamin. Berikutnya, mereka memeriksa studi farmakokinetik pada binatang. Beberapa studi ini difokuskan pada hubungan antara tingkat otak serta motivasi.
Di antara penemuan pertama peneliti, Samaha dan rekan-rekannya menemukan setiap kali seseorang merokok atau mengonsumsi obat melalui injeksi, jumlah obat dalam otak meningkat dan menurun sangat cepat dibandingkan dengan ketika obat ditelan atau dihisap.
Peneliti juga menemukan bahwa pengguna kokain dengan cara disuntik merasa keracunan maksimal dalam waktu satu sampai lima menit. Sementara, pengguna kokain dengan cara didengus baru merasakan efek paling maksimal di menit ke-15 hingga 20. Hal ini berarti dengan disuntikkan, obat lebih cepat mencapai otak.
"Data klinis yang jelas adalah semakin cepat obat mencapai otak, semakin besar kemungkinan untuk menjadi kecanduan," kata Dr. Anne menyimpulkan. (rdn/vit)
|