Depok - Setiap satu jam, perempuan Indonesia meninggal dunia akibat kanker serviks atau leher rahim. Padahal, kanker serviks adalah penyakit yang paling mudah dicegah. Deteksi dini dengan metode Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA) bisa dilakukan di pusat kesehatan masyarakat (puskesmas).
“Tes IVA hanya Rp25.000 yang ditanggung Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan. (Waktu pemeriksaan) hanya tujuh menit bersamaan dengan periksa payudara sendiri (sadari) untuk kanker payudara dan bisa dilakukan di puskesmas,” kata Nining Indroyono Soesilo, Ketua Bidang Peningkatan Kualitas Keluarga OASE Kabinet Kerja, usai seminar bertajuk “Pola Hidup CERDIK Hindari Kanker dan Deteksi Dini Kanker pada Perempuan”, di Kampus Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik Universitas Indonesia (FISIP UI) Depok, Jawa Barat, Rabu (13/5).
Kanker serviks berkaitan erat dengan infeksi human papilloma virus (HPV). Kelompok berisiko adalah mereka yang berhubungan seks dini atau di bawah 20 tahun, kebiasaan bergonta-ganti pasangan, kekurangan vitamin A, C, dan E. Bagi yang merokok, berisiko 2,7 kali terkena kanker serviks.
Nining menjelaskan, tes IVA sebaiknya dilakukan sejak mulai berhubungan seks. Tes tersebut dilakukan hanya setahun sekali. “Jika dalam tiga kali tes hasilnya bagus, ulangi lima tahun kemudian,” ujar istri Indroyono Soesilo, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Kabinet Kerja ini.
Seks Bebas Mengingat fenomena seks bebas makin marak di kalangan remaja, Nining mengatakan bukan tidak mungkin, ke depan jumlah penderita kanker serviks akan meningkat. “Banyak penderita kanker serviks dari kalangan muda karena terpicu seks dini,” ucapnya.
Karena itu, program nasional peningkatan peran serta masyarakat, dalam pencegahan dan deteksi dini kanker pada perempuan Indonesia 2015-2019, turut melibatkan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) serta delapan kementerian lain, serta BPJS Kesehatan dan Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN).
“Kampanye Kemendikbud mendorong remaja usia 13-14 tahun vaksinasi untuk melawan kuman HPV. Tiga kali suntik dengan jeda satu dan lima bulan. Kami juga sosialisasikan pola hidup bersih dan sehat,” ujar doktor moneter di Fakultas Ekonomi UI.
Sumber: Sinar Harapan |